RENDERING LEMAK SAPI
Disusun Oleh
YOPPY MAIRIZON R.S
(Mhs. Ilmu Peternakan UNAND-IPB)
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Lemak sapi merupakan salah satu hasil
ikutan ternak. Kebanyakan masyarakat Indonesia lebih menyukai daging dengan
sedikit lemak. Lemak yang tidak dikonsumsi masyarakat akan memiliki nilai
tambah jika dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya dengan proses randering. Randering merupakan proses pemurnian lemak yang mengubah jaringan
hewan yang tidak berguna menjadi bahan berguna (lemak tallow). Setelah di-randering,
lemak bisa digunakan untuk membuat berbagai macam produk. Randering banyak diaplikasikan pada sektor industri.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar
praktikan mengerti dan memahami tentang proses randering lemak sapi dari berbagai sumber lemak hewan.
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak
Sapi
Tingkat kejenuhan lemak karkas
dipengaruhi oleh beberapa faktor, termask bangsa, spesies, umur, berat ternak,
jenis kelamin, kondisi, dan pakan ternak. Tingkat kejenuhan mempengaruhi
kualitas daging, karena daging yang berlemak dengan titik leleh yang rendah
akan tampak berminyak. Selain itu, lemak yang secara relatif banyak mengandung
ikatan rangkap tidak jenuh, mengalami otoksidasi dan membentuk bau tengik yang
tidak enak (Lawrie, 1979). Jumlah lemak intramuskularspesies sapi dan babi
hampir identik, tetapi lemak sapi mempunyai angka iodium yang jauh lebih rendah
(Briskey, 1971). Lemak daging mengandung fosfolipid dan kolesterol dalam jumlah
yang relatif sangat sedikit (Lea, 1962).
Tallow
Tallow adalah minyak yang diperoleh dari hasil ekstraksi
lemak abdomen sapi. Tallow dapat
berwujud padat pada suhu kamar dan cair pada suhu 64oC (Ketaren,
1986). Tallow dapat diperoleh dengan
cara memanaskan lemak sapi, kerbau atau kuda. Tallow diklasifikasikan menjadi dua yaitu tallow yang edible dan non edible. Tallow digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun dalam jumlah yang lebih besar dibanding lemak jenis
lainnya (Kirk et al., 1954).
Rendering
Rendering merupakan
suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan
panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan
protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut
sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: wet rendering dan
dry rendering. Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah
air seiama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan
40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam
proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau
lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi
dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan
perlahan-lahan sampai suhu 50°C sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan
naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan
temperatur rendah kurang begitu populer, sedangkan proses wet rendering dengan
mempergunakar. temperatur yang tinggi disertai tekanan uap air, dipergunakan
untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatar yang
dipergunakan adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan
diekstraksi dimasukkan ke dalam digester dengan tekanar. uap air sekitar 40
sampai 60 pound seiama 4-6 jam. Dry rendering adalah cara rendering tanpa
penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel
yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serfa alat pengaduk (agitator).
Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel
tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan
pada suhu 220°F sampai 230°F (105°C-110°C). Ampas bahan yang telah diambil
minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan
dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan
dari bagian atas ketel (Sukarman, 2012).
MATERI
DAN METODE
Materi
Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum rendering lemak sapi yaitu
pisau, panci, timbangan, wadah, saringan, sendok, talenan, spatula, dan
plastik. Bahan yang digunakan meliputi lemak sapi, garam dan air.
Metode
Prosedur awal dalam praktikum randering lemak sapi yaitu lemak sapi
ditimbang sebanyak 500 gram. Lemak dipotong kecil-kecil atau dicincang dengan
pisau, dimasukkan dalam panci dan ditmbahkan air sampai lemak terendam
semuanya. Kemudian ditambahkan garam sebanyak 1 sendok makan dan dipanaskan
hingga mendidih, setelah itu api dikecilkan dan dibiarkan mendidih perlahan
(sambil diaduk-aduk). Campuran lemak dipanaskan sampai terlihat semua lemak mencair
dan keluar dari jaringannya. Selanjutnya disaring dan dipisahkan cairan
campuran air dan lemak dari ampasnya, didinginkan sampai terjadi pemisahan
antara lemak dan air. Lemak padat (tallow) dipisahkan dari cairan di bawahnya
dan dilakukan pengukuran bilangan penyabuhan dan bilangan iod dari tallow yang
diperoleh.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Perubahan lemak menjadi cair pada
kelompok 5 membutuhkan waktu selama 55 menit. Data hasil perubahan lemak
menjadi cair dapat dilihat pada Tabel 1. berikut.
Tabel 1. Perubahan
Lemak Menjadi Cair
Waktu
|
Perubahan yang Terjadi
|
5 menit
|
Warna lemak lebih cerah, mulai keluar buih, bau
menyengat agak sedikit berkurang, warna air keruh.
|
10 menit
|
Lemak agak mengkerut, buih air lebih banyak, bau
menyengat semakin berkurang, warna air keruh.
|
15 menit
|
Warna lemak agak pucat, bau menyengat berkurang,
warna air keruh agak kekuningan
|
20 menit
|
Warna
lemak semakin pucat,warna air lebih keruh, bau menyengat semakin berkurang.
|
25 menit
|
Warna lemak semakin pucat, warna air semakinkeruh
kekuningan, bau amis berkurang, lemak semakin mengkerut.
|
30 menit
|
Warna air
rebusan semakin kekuningan, warna lemak semakin kuning, bau agak berkurang,
lemak semakin meyusut, mulai keluar minyak, air semakin kental.
|
35 menit
|
Warna air rebusan semakin kekuningan, warna lemak
semakin kuning, bau agak berkurang, lemak semakin meyusut, mulai keluar
minyak, air semakin kental.
|
40 menit
|
Warna air
rebusan semakin kekuningan, warna lemak semakin kuning, bau agak berkurang,
lemak semakin menyusut, mulai keluar minyak, air semakin kental.
|
45 menit
|
Warna air rebusan semakin kekuningan, warna lemak
semakin kuning, bau agak berkurang, lemak semakin menyusut dan kering, mulai
keluar minyak agak banyak, air semakin kental.
|
50 menit
|
Lemak agak
kering dan semakin menyusut, semakin banyak minyak yang dihasilkan dan
berwarna agak kuning.
|
55 menit
|
Lemak semakin kering dan menyusut, air hampir tidak
ada, yang tersisa adalah minyaknya yang berwarna kuning, bau agak harum.
|
Tabel 2. dibawah ini merupakan
data nilai rendering lemak sapi pada grup 1. Nilai rendemen didapat dari bobot
akhir dibagi bobot awal kemudian dikali 100%.
Tabel 2. Nilai
Rendemen Lemak Sapi
Kel./Grup
|
Bobot awal lemak (g)
|
Bobot tallow akhir (g)
|
Rendemen
|
||
1/G1
|
502,5
|
295,4
|
58,8
|
||
2/G1
|
501
|
316,3
|
63,1
|
||
3/G1
|
500
|
260,7
|
52,1
|
||
4/G1
|
500
|
325,7
|
65,1
|
||
5/G1
|
506,5
|
307,3
|
60,7
|
||
6/G1
|
499
|
241,7
|
48,4
|
||
Pembahasan
Minyak atau lemak termasuk dalam golongan
lipid netral. Trigliserida merupakan komponen utama penyusun lemak. Menurut SDA
(2001), asam lemak dikelompokkan berdasarkan ikatan rangkapnya yaitu asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Lemak sapi (beef tallow) yang
merupakan limbah rumah potong hewan kerapkali dibuang begitu saja. Selain
terbuang sia-sia, bila tidak ditangani dengan baik, limbah ini berpotensi
mencemari lingkungan. Yang tergolong sebagai lemak sapi adalah lemak rongga
badan dan lemak keras yang menempel pada daging yang tidak termasuk ke dalam
karkas. Sebuah riset di Denpasar menunjukkan, seekor sapi bali berbobot 300—350
kg menghasilkan 4%—5% beef tallow. Setiap kilogram lemak sapi
mengandung 7.010 kilo kalori energi metabolis (kkal EM/kg) (Ketaren, 1986).
Tallow adalah minyak yang diperoleh dari hasil ekstraksi
lemak abdomen sapi. Tallow dapat
berwujud padat pada suhu kamar dan cair pada suhu 64oC (Ketaren,
1986). Tallow dapat diperoleh dengan
cara memanaskan lemak sapi, kerbau atau kuda. Tallow diklasifikasikan menjadi dua yaitu tallow yang edible dan non edible. Tallow digunakan sebagai
bahan baku pembuatan sabun dalam jumlah yang lebih besar dibanding lemak jenis
lainnya (Kirk et al., 1954).
Hasil
pembuatan tallow pada praktikum,
ditemukan ada beberapa tallow yang tidak mengeras dengan sempurna. Tallow yang tidak mengeras kemungkinan
disebabkan oleh air rebusan yang tidak menguap secara keseluruhan. Selain itu
juga disebabkan pada saat perebusan lemak tidak dibersihkan dahulu sehingga
masih ada kotoran yang menempel pada lemak tersebut.
Penambahan garam pada proses perebusan campuran lemak
berfungsi membantu melarutkan (mengekstrak) protein myofibril. Garam akan
mengembangkan protein miofibril protein,dengan bantuan gaya dari luar (misalnya
cutter/penggilingan) akan menyebabkan protein terlarut kedalam larutan garam. Protein
terlarut akan membentuk matriks yang bisa mengikat air, membantu mengemulsikan
partikel lemak didalam adonan daging dengan cara melapisi globula lemak dan
meningkatkan viskositas adonan yang akan membantu proses pemerangkapan lemak.
Selain itu juga berfungsi meningkatkan daya ikat air dari protein. Garam
meningkatkan jumlah muatan negatif dalam protein yang akan meningkatkan daya
tolak protein. Penambahan garam juga menyebabkan lebih banyak H+ diperlukan untuk menetralkan muatan
negatif, sehingga titik isoelektrik protein turun menjadi sekitar 4.5,
akibatnya penambahan garam NaCl akan memperbesar ruang didalam protein dan
meningkatkan daya ikat air (Andjani, 2012).
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan
kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu
hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya. Menurut pengerjaannya rendering
dibagi dalam dua cara yaitu: wet
rendering dan dry rendering. Wet rendering adalah proses rendering
dengan penambahan sejumlah air seiama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini
dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur
yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi).
Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika
diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi
ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air
ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50°C
sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian
dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang
begitu populer, sedangkan proses wet rendering dengan mempergunakar. temperatur
yang tinggi disertai tekanan uap air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak
atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatar yang dipergunakan adalah
autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan ke
dalam digester dengan tekanar. uap air sekitar 40 sampai 60 pound seiama 4-6
jam. Dry rendering adalah cara
rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi
dengan steam jacket serfa alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air.
Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220°F sampai
230°F (105°C-110°C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan
pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang
telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel
(Sukarman, 2012).
Data hasil perubahan lemak
menjadi cair terlihat pada Tabel 1. Parameter yang diamati adalah warna, bau
dan keluarnya buih. Praktikan kelompok 5 memerlukan waktu selama 55 menit untuk
mendapatkan lemak yang mencair. Pada 5 menit pertama terlihat warna lemak lebih cerah,
mulai keluar buih, bau menyengat agak sedikit berkurang, dan warna air keruh.
Pada menit ke 55 terlihat lemak semakin kering dan menyusut, air hampir tidak
ada, yang tersisa adalah minyaknya yang berwarna kuning dan bau agak harum.
Data nilai rendemen terlihat pada
Tabel 2. Nilai rendemen didapat dari bobot tallow akhir dibagi bobot awal lemak
kemudian dikali 100%. Hasil yang didapat pada grup 1 memperlihatkan rata-rata
bobot awal lemak yang digunakan sebesar 500 gram. Nilai bobot akhir (tallow)
berkisar antara 241-326 gram. Bobot ini berkurang antara 20% hingga 60%.
Sedangkan nilai rendemen pada kelompok 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 berturut-turut
adalah 68.8, 63.1, 52.1, 65.1, 60.7, dan 48.4. Nilai rendemen paling kecil
terdapat pada kelompok 6. Nilai rendemen yang rendah disebabkan oleh faktor
berat pada bobot awal dan bobot akhir. Jika bobot awal dan bobot akhir tinggi,
maka akan didapatkan nilai rendemen yang tinggi.
KESIMPULAN
Praktikan telah mengerti dan
memahami tentang proses randering lemak sapi. Waktu yang dibutuhkan agar lemak
mencair sempurna berkisar 55 menit. Selain itu, pada praktikum rendering lemak uga didapatkan nilai
rendemen. Nilai rendemen yang rendah disebabkan oleh faktor berat pada bobot
awal dan bobot akhir.
DAFTAR
PUSTAKA
Andjani,
P. 2012. Konsep Hurdle NaCl pada Pengolahan Daging. http://bbppbatu.bppsdmp.deptan.go.id. Terhubung
berkala. [20 Februari 2013]
Briskey,
H. J. 1971. The Science of Meat and Meat Product. W.H. Freeman and Co., San
Fransisco.
Ketaren,
S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.
Kirk,
R.E., Othmer D.F, Scoot J.D, and Standen A. 1954. Encyclopedia of Chemical
Technology. Vol. 12. The Interscience, Inc., New York.
Lawrie,
R.A. 1979. Meat Science. Pergamon Press, Oxford.
Lea,
C.H. 1962. Recent Advances in Food Research. Butterworths, London.
Sukarman,
E. 2012. Cara Pengambilan Minyak. http://www.edisukarman.com. Terhubung berkala.
[20 Februari 2013]
LAMPIRAN
|
|
(A)
Penampakan
awal lemak sapi, (B) Penimbangan lemak sapi
|
||||
|
||||
(A)
Pemotongan
lemak sapi, (B) Hasil potongan dadu kecil lemak sapi
|
|
(A)
Penambahan air dan (B) penambahan garam pada
lemak sapi
|
|
(A)
Pemasakan campuran lemak, (B) campuran lemak
yang sedang mendidih
(A)
Campuran lemak yang telah selesai dimasak, (B)
Penyaringan campuran lemak
(A)
Pemerasan ampas, (B) Hasil lemak cair
(A)
dan (B) lemak yang mengeras (tallow)
0 comments:
Post a Comment
Anda ingin menjadi Bahagian dari Perubahan??? login ke Sahabat Kemenangan di bagian atas webblog ini.