Wednesday 19 February 2014

Laporan Praktikum BULU DOMBA |HASIL IKUTAN





PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selain memiliki hasil utama, hewan ternak juga memiliki produk ikutan ternak. Produk hasil ikutan tersebut bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari baik dengan proses maupun tanpaproses pengolahan. Salah satu hasil ikutan ternak ini adalah adalah bulu, salah satu ternak yang bulunya dapat dimanfaatkan adalah domba. Menurut Ensrninger (1977) bulu domba adalah bulu alamai yang menutupi tubuh domba, pada domba bulu berfungsi untuk mengatur suhu tubuh yang bisa melindungi domba dari panas maupun dingin. Hal ini juga diperkuat oeh Kammlade dan Kammlade (1955), menambahkan bahwa secara alami bulu domba berfungsi sebagai termoregulator yang baik yaitu dapat mempertahankan tubuh dari pengaruh udara panas atau dingin.
 Bulu domba dapat dimanfaatkan dengan beberapa tahap pengolahan, seperti pencukuran, pemberishan yang meliputi pencucian, pengeringan dan kemudian di pintal.. Hasil dari pemintalan dapat di jadikan sejumalah produk yang bernilai jual tinggi. Produk yang dihasilkan dari buludomba sering diolah menjadi kain tapestry. Kain tapestry atau yang kita kenal kain tenunan yang umumnyaterbuat dari bahan baku berup serat organik seperti katun dari kapas atau dari wol (bulu domba). Bahan pemuatan kain tapestry yang umum digunakan berasal dari hasil pengolahan bulu atau wol domba. Proses pembuatan tapestry dengan bahan kain tenunan dari bulu atau wol domba memiliki kelebihan diantaranya berat, hangat, dan halus.


Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa yang bertindak sebagai praktikan dapat mempelajari bulu domba dan dapat mengolah bulu domba menjadi sejumlah produk yang bernilai jual tinggi..

TINJAUAN PUSTAKA
Bulu Domba
Bulu domba adalah bagian penutup yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh luar. Bulu domba memiliki tekstur yang lembut, hal ini senada dengan yang dikemungkakan Devendra dan Mcleroy (1982) bulu domba merupakan  serat penutup tubuh yang bersifat lembut, halus, penuh kerutan dan permungkaan yang bersisik. Bulu domba sering digunakan sebgai bahan baku pembuatan pakaian. Bulu domba memiiki keunggulan dibanding bahan baku yang lain dikarenakan kemampuan bulu domba untuk menyerap air 18% dari beratnya tanpa terasa basah. Melalui kelenjer sebaceous bulu domba mengeluarkan komponen lilin yang terdapat pada bulu domba yang kotor,  sementara itu air yang ada pada tubuh domba dikeluarkan oleh kelenjer keringat. Bulu domba tersusun atas proteinyang sangat keras yang disebut keratin (Gatenby dan Humbert 1991). Keratin yang terkandung pada woldari bulu domba merupakan serat utama yang memberikan perlindungan vetebrata dan protein ini menyusun hampir seluruh berat kering dari wol.

Struktur Bulu Domba
Wol memiliki dua lapisan sel yaitu epidermis yang berfungsi untuk menutupikeratan-keratan longitudinal yang berfungsi menutupi keratan-keratan longitudinal yang berakhir diujung serat dan korteks yang merupakan bagian utama dari serat wol. Serat wol memiliki lapisan ketiga, yaitu medula. Lapisan ini berbentuk globuler dan berada disepanjang serat wol atau hanya dibeberapaa agian serat wol. Wol yang mengandung medula biasanya kasar dan sulit penanganannya karena rendahnya elastisitasnya (Ensminger 1977). Medula merupkan jaringan yang terdiri dari jaringan sel yang berisi udara. Serat bulu domba yang mengandung medua umumnya kasar dan diameternya tidak sama. Medula pada serat akan mempengaruhi kualitas bulu domba. Semakin banyak medula maka kualitas bulu akan semakin rendah karena medula dapat menyebabkan bulu rapuh, mudah patah, dan kurang elastis (Kammlade dan Kammlade 1955).
Kutikula menyusun 10% bagian luar dari serat wol dan mempunyai subsruktur yang secara alami sukar berubah fisik dan kimia (Leeder 1984). Bagian dalam kutikula terdapat korteks yang merupakan lapisan terlindung dan dibentuk oleh sel-sel yang memanjang sejajar dengan sumbu serat (Kammlade dan Kammlade 1955). Korteks serat wol mempunyai karakteristik yang sangat spesial yang disebut bilateral differentiation yang tersusun dari dua segmen yang mempunyai perbedaan struktur fisik dan kimia. Dua segmen ini disebut orthocortex dan paracortex. Bentuk gelombang serat wol (crimp) terjadi akibat bilateral differentiation yang terjadi selama pertumbuhan serat wol (Leeder 1984). Sel korteks yang tidak teratur merupakan penyebab terjadinya kerutan (Kammlade dan Kammlade 1955). Kerutan tersebut sangat mempengarhi kekuatan dan elastisitas bulu (Jonston 1983).
Kualitas Bulu Domba
Kualitas bulu domba atau wol sangat dipengaruhi oleh kehalusan, panjang yang seragam, kekuatan, elastisitas, kerut, warna, dan bebas dari kemp (wol sangat kasar). Menirit Ensminger (1977), serat wol domba tropis mempunyai diameter 25-26µm. Wol yang paling halus dan yang paling tebal terdapat pada bagian bahu antara puncak bahu dan dasar dada. Wol yang paling kasar terapat pada bagian belakang tubuh yaitu disekitar ekor. Wl yang paling pendek umumnya terdapat pada bagian  perut. Serat bulu pada domba umumnya dibagi menjadi tiga yaitu serat wol halus, serat wol kasar, dan kamp. Serat wol tumbuh dari folikel dalam kulit, terjadi pada bagian dasar dari serat wol dan bukan tumbuh pada bagian ujungnya.

Potensi Bulu Domba
            Data dari Direktorat Jendral Peternakan (2008) jumlah poulasi domba terbesar berada di provinsi jawa barat sekitar 47% dari total populasi domba nasional yaitu 8,9 juta. Menurut  Yamin et al (1994) setiap ekor domba lokal mampu menghasilkan bulu 0,8kg per tahun. Sehingga setiap tahun dapat dihasilkan bulu pencukuran domba sebesar 7,12r ribu ton. Di indonesia sejauh ini bulu domba hanya dijadikan sebagai kerajinan degan menggunakan buludomba persilangan, sementara tu bulu domba lokal hanya di anggap sebagai limbah hal ini disebabkan kualitas bulu domba yang masih kasar yang mangakibatkan pengrajn sulit untuk menenunnya (Yamin et al 1994).

METODE
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum pengolahan bulu domba ini adalah ember, pengaduk kayu, tempat jemuran, hand carder dan alat pintal. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bulu domba, deterjen, desinfektan, H2O2., pewarna.
.



Metode
Sebelum melakukan praktikum lakukan persiapan dan pengecekan terhadap alat dan bahan. Setelah alat dan bahan tersedia bulu domba dari hasil pencukuran kemudian dipisahkan bagian yang kotor, kasar atau bulu yang memiliki ukuran yang besar. Setelah tahap pembersihan pertama dilakukan, bulu yang sudah dipisahkan dari kotoran kemudian direndam dengan detergent selama 15 menit. Bulu kemudian di kucek dan kemudian di bilas dengan air.proses pencucian berikutnya bulu bersih kemudian direndam dengan desinfektan dan dibilas lagi dengan air hingga bersih. Bulu domba yang telah bersih kemudian di jemur selama kurang lebih 2 hari. Bulu yang telah kering selanjutnya dipisahkan atau disortir untu emudian dilakukan penyisiran. Bulu yang telah di sisir dan halus kemudian dipintal dan dilakukan pemutihan. Dan tahap terakhir dari penggolan bulu domba ini adalah pewarnaan bulu sesuai dengan selera yang kita inginkan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Pengolahan bulu domba yang dilakukan oleh group praktikum dua dengan hasil rendemen bulu domba seperti yang terlihat pada tabel dibawah:
Tabel 1. Tabel rendemen bulu domba masing-masing kelompok praktkum G2.
Berat Awal
Penyortiran
Bobot Kering
Rendemen
Bersih
Kotor
500
205
295
145
29
500
319
181
200
40
500
300
200
205
41
500
415.5
84.5
235

500
155
345
95
19
500
394
149
175
35
500
379
121
245
49
500
208
292
130
26

Tabel 2. Data pengujian lama pembakaran bulu domba
Kelompok
Waktu (detik)
Alami
Sintetis
1


2
23,15
2,317
3
17,66
2,00
4


5
17,32
4,08
6
18,59
3,02
7
31,39
4,08
8
30,41
4,01

Pembahasan
Bulu domba adalah bagian penutup yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh luar. Bulu domba memiliki tekstur yang lembut, hal ini senada dengan yang dikemungkakan Devendra dan Mcleroy (1982) bulu domba merupakan  serat penutup tubuh yang bersifat lembut, halus, penuh kerutan dan permungkaan yang bersisik. Saat ini bulu domba sudah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk bahan kerajinan dan pembuatan pakaian. Pemanfaatan bulu domba sebagai bahan kerajinan atau pakaian memerlukan beberapa proses agar aman untuk dipergunakan serta  dapat menhasailkan wol dengan kualitas yang bagus.
Pengolahan bulu domba terdiri dari beberapa tahapan dimulai dari pencukuran, penyortiran, hal ini juga dikemungkakan oleh Yamin et al 1994 baha proses pengolahan erdiri dari beberapa tahap antara lain pencukuran bulu, penyortiran, pencucian, pemisahan bulu, penyisiran, dan pemintalan. Kotoran yang menempelpada bulu domba akan berpengaruh terhadap kebersihan, warna, dan bau yang dihasilkan leh bulu. Stelah pencukuran, untuk menghilangkan kotoran dan benda-benda yang menempel pada bulu maka dilakukanlah pencucian yang pertama dengan air kemudian deterjen dan dilanjutkan dengan desinfektan. Penggunaan desinfektan dala prses pencucian bulu domba ini berfungsi untuk membunuh  bakteri ataupun makhlukhidup lain yang ada pada bulu.
Setelah proses pencucian bulu domba selanjutnya di sisir, namun sebelum disisir pastikan bulu domba sudah dalam keadaan kering setelah dilakukan pencucian. Dari proses penyisiran inilah akan terlihat bulu domba yang halus dan berserabut panjang maupun pendek. Proses selanjutnya adalah pemintalan untuk pembuatan wol. Wol terbuat dari pilinan benang, pilinan benang yang terdiri dari dua helai benang atau lebih biasanya lebih kokoh dan lebih kuat dibanding benang satuan (Budiono, et al , 2008). Selanjutnya dilakukan pewanaan atau pemutihan yang menggunakan pemutih yang bersifat oksidator maupun reduktor. Pemutihan menghasilkan senyawa berikatan tunggal yang membuat warna wol menjadi putih cerah.
Kekuatan serat bulu domba berpengaruh terhadap kulitas produk yang dihasilkan, kekuatan benang dipengaruhi ada tidaknya titik rapuh, proses pencucian, masa kebuntingan dan laktasi domba. Bulu domba yang kotor akan mempengaruhi titik rapuh bulu domba (Duljaman M et al  2006). Rata-rata panjang serat bulu domba dengan bahan serat yang ratannya lebih pendek. Faktor keturunan mempengaruhi sifat-sift serat bulu domba. Domba wool bangsa murni memiliki kelebihan dari segi kehalusan serat dan kekuatan bila dibandingkan dengan serat bulu dari domba persilangan. Pada salah satu penelitian tehadap perbandingan kekuatan benang dari bulu domba priangan  dengan peranakan merino dapat disebabkan oleh faktor bahan baku, kondisi alat dan manusia. Maryani (1988) menyatakan semakin tinggi ketidak rataan dalam benang maka peluang putus akan semakin besar. Ketida rataan juga disebabkan benang yang panjang yang mudah mengakibatkan putus. Wol yang paling halus dan yang paling tebal terdapat pada bagian bahu antara puncak bahu dan dasar dada. Wol yang paling kasar terapat pada bagian belakang tubuh yaitu disekitar ekor. Wl yang paling pendek umumnya terdapat pada bagian  perut. Serat bulu pada domba umumnya dibagi menjadi tiga yaitu serat wol halus, serat wol kasar, dan kamp. Serat wol tumbuh dari folikel dalam kulit, terjadi pada bagian dasar dari serat wol dan bukan tumbuh pada bagian ujungnya.
Proses perendaman dengan air dan pencucian dengan deterjen selama pengolahan sangat berpengaruh dalam meningkatkan kebersihan dan derajat putih
serta mengurangi bau feses domba, sheep odor dan bau tanah pada bulu. Proses pencucian dengan desinfektan sangat berpengaruh dalam mengurangi bau deterjen
yang muncul pasca pencucian dengan deterjen sedangkan proses pemutihan sangat berperan dalam mengurangi bau desinfektan pada bulu pasca pencucian dengan desinferktan.
            Dari data hasil praktikum yang dilakukan oleh masing-masing kelompok pada group 2 didapat hasil rendemen masing-masing kelompok yang berbeda-beda. Pada saat awal semua kelompok diberikan bulu domba dengan jumlah yang sama yaitu 500 g namun setelah dilakukan penyortiran di dapat hasil berat bulu domba yang bersih dan berat bulu domba yang kotor.  Kelompok yang bobot bulu domba bersihnya terbesar adalah kelompok 4 sebesar 415,5 g dan kelompok yang jumlah bulu ktor terbesa adalah kelompok 5 sebesar 345g. Sementara pada pengujian ketahanan bulu domba terhadap api dapat disimpulkan bahwa bulu domba tahan atau sukar untuk di bakar dengan api, seperti perbandingan lama waktu pengujian pembakaran benang sintetis dan alami pada kelompok lima, benang alami habis di bakar dengan api selama 17,32 detik sementara benang sintetis pembandingnya habis terbakar dalam kurun waktu 4,08 detik.


SIMPULAN
Bulu domba merupakan hasil ikutan dari ternak domba yang dapat diolah menjadi hasil ikutan ternak yang memiliki nilai jual yang tinggi. Untuk menghasilkan wool yang memiliki kualitas yang bagus dengan cara pencukuran, penyortiran, pencucian, pemisahan bulu, penyisiran bulu, pemintalan, pemutihan benang dan pewarnaan. Pencucian bulu domba bertujuan untuk menghilangkan bau, dan mikroorganisme yang ada di bulu. Bulu domba yang panjang memiliki sifat fisik yang mudah putus. Bulu domba juga sukar untuk terbakar di banding dengan benan yang sintetis.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1979. Ilmu makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Atiyah, Umi. 2002. Penentuan kapabilitas proses kumulatif karbonat dalam deterjen serbuk. Skripsi. Program Studi Kimia, FMIPA, IPB, Bogor.
Budiono, Widarwati S, S. Herlina ,S. Handayani, Parjiyah, W. Pudiastuti, Syamsudin, Irawati, Parjiyati dan D.S. Palu. 2008. Kriya Tekstil untuk SMK Jilid I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Cotton, F. A. dan G. Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. ( Terjemahan : Sahati Suharto ). Penerbit University Indonesia, Jakarta.
Devendra. C. dan G. B. Mcleroy. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. Longman Group limited, London and New york.
Diggins, R. V. dan C. E. Bundy. 1958. Sheep Production. Prentice- Hall, Inc., Iowa.
Djufrie, R., G. A. Kasoenarno, A. Salihima dan A. Lubis. 1976. Teknologi Pengelantangan Pencelupan dan Pencapan. Institut Teknologi Tekstil, Bandung.
Ensminger. 1962. Animal Science. 5th Ed. The Interstate Printers Publishers, Inc. Denvile, Illionis.
Gatenby, R. M. dan J. M. Humbert. 1991. Sheep. MacMillan Education Ltd, London.
Harmsworth, T. B. dan J. Page-Sharp. 1970. Sheep and Wool Classing. Departmen of Sheep and Wool Melbourne School of Textile, Melbourne.
Kammlade, W. G. Sr. dan W. G. Kammlade, Jr. 1955. Sheep Science. J. B. Lippincot Company, New York.
Leeder, J. D. 1984. Wool Nature’s Wonder Fibre. Principle Researce Scientist.
CSIRO Division of Textile Industry, Geelong.
Yamin, M., M Duldjaman dan B. Megabudi. 1994. Pengolahan limbah bulu domba untuk kerajinan hiasan dinding dan keset sebagai peluang usaha baru di Kabupaten Bogor. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. IPB, Bogor.
Yamin, M dan M. Duljaman. 1996. Pengembangan usaha kelompok pengrajin “Graha Widya” di Kecamatan Ciampea. Laporan Akhir Penelitian dan teknologi Tepat Guna pada Industri Kecil oleh Perguruan Tinggi. LPM.
IPB, Bogor.
Yamin, M dan S. Rahayu. 1995. Pengolahan Limbah Bulu Domba untuk Kerajinan
Hiasan Dinding dan Reset. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.


1 comments:

Anda ingin menjadi Bahagian dari Perubahan??? login ke Sahabat Kemenangan di bagian atas webblog ini.