Sunday, 21 April 2013

Pembuatan Sabun Dari Tallow

Disusun Oleh

YOPPY MAIRIZON R.S

(Mhs.Ilmu Peternakan UNAND-IPB)



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selain memiliki hasil utama, hewan ternak juga memiliki produk ikutan ternak. Produk hasil ikutan tersebut bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari baik dengan proses maupun tanpaproses pengolahan. Salah satu hasil ikutan ternak ini adalah lemak, lemak dapat dimanfaatkan dengan pengolahan pertama yang disebut rendering. Hasil dari rendering dari lemak sapi berupa tallow, merupakan bahan baku pembuatan produk sabun.
Sabun merupakan salah satu jenis deterjen yang bisa membersihkan kotoran berminyak dan menjadi bagian dari kelompok yang disebut surfaktan. Sabun yang dimaksud sekarang adalah produk campuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik pembersih paling tua, sudah sejak berabad-abad yang silam.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa praktikan dapat mempelajari teknik dasar pembuatan sabun memanfaatkan tallow sapi.
TINJAUAN PUSTAKA
NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton dari Na+. Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan alkali, yakni Natrium (Na+). Ciri –ciri yang dimiliki golongan alkali seperti reduktor kuat dan mampu mereduksi asam, mudah larut dalam air, merupakan penghantar arus listrik yang baik dan panas, urutan kereaktifannya meningkat seiring dengan bertambahnya berat atom.pada umumnya NaOH digunaka sebagai pelarut, penggunaan NaOH sebagai pelarut disebkan kegunaan dan efektifitasnya seperti untuk menetralka asam. NaOH terbentuk dari elektrolisis larutan NaCl dan merupakan basa kuat (Ansori dalam Fauzan, 2001). Larutan asam merupakan pereaktif NaOH dalam bereaksi, ekses yang melebihi keperluan netralisasi akan bereaksi dengan material fospatida. Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton dari Na+. Basa ini mengandung unsur dari golongan alkali, yakni Natrium (Na+). Ciri lain dari golongan alkali adalah reduktor kuat dan mampu mereduksi asam, mudah larut dalam air, merupakan penghantar arus listrik yang baik dan panas, urutan kereaktifannya meningkat seiring dengan bertambahnya berta atom (Linggih  1988).

Tallow
lemak yang berasal dari sepi atau kambing yang merupakan hasil pengolahan (rendering) dari suet disebut tallow. Tallow dapat digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari bahan untuk memasak, makanan hewan, bahan pembuat sabun, bahan pembuat lilin, hingga penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan biodisel dan oleochemicals lainnya.

Kelapa Sawit
Salah satu sumber penghasil lemak nabati adalah kelapa sawit. Kelapa sawit dikenal luas masyarakat karena produksi atau pengolahan minyak sawit yang tinggi di Negara-negara Asia Tenggara. Ada beberapa faktor yang membuat kelapa sawit menjadi komoditi yang unggul di indonesia antaralain karena kelapa sawit menjadi sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani. Selain itu kelapa sawit menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya industri pengolahan berbasis CPO di Indonesia (Lubis, Ahmad Husni  2012).

Coconut Oil
Kelapa adalah buah tropis yang kaya akan protein. Daging kelapa sangat baik dalam menghancurkan parasit usus yang kita dapatkan dari memakan makanan yang terinfeksi. Air kelapa juga baik untuk masalah kandung kemih dan ginjal. Dalam kelapa terkandung vitamin A, vitamin B, riboflavin, niacin, Vitain C, kalsium, zat besi, fosfor, lemak, karbohidrat, protein, dan juga kalori. kelapa  dapat diolah menjadi sabun mandi yang biasa disebut dengan sabun gliserin. (Andrew. 2011)

METODE
Materi
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan sabun adalah tallow (lemak sapi), minyak sawit, kristal NaOH, aquadest, plastic wrap. Kemudian peralatan yang diperlukan adalah timbangan, pH meter, pengaduk kayu, kantong plastik, termometer, beaker glass atau erlenmeyer, panci stainless steel, sarung tangan, masker, dan cetakan sabun.

Metode
Tallow yang sudah jadi setelah proses rendering dicairkan kemudian disaring menggunakan kertas saring. Tallow ditambahkan minyak sawit kemudian diaduk dengan mempertahankan suhu 300C. NaOH ditambahkan ke dalam minyak lalu diaduk hingga mengental (trace). Minyak tallow dicetak menggunakan plastik wrap, disimpan di udara terbuka (suhu ruang). Setelah mengeras menjadi sabun, sabun dikeluarkan dari cetakan kemudian dipotong sesuai selera dan didiamkan selama 3-4 minggu. Setelah proses aging selesai, sabun bisa digunakan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Pembuatan sabun dengan bahan utama tallow, dicampur dengan berbagai macam penambahan bahan dasar berupa minyak. Setiap kelompok membuat sabun dengan bahan dasar dan komposisi tallow dengan biang parfum berbeda, selain itu kadar NaOH dan pelarut aquades yang dicampurkan juga berbeda. Tabel 1 adalah total NaOH yang digunakan(gram) dari masing-masing kelompok
Tabel 1. Total NaOH yang digunakan (gram) dari Masing-masing Kelompok.
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
NaOH
30,04
30,91
30,04
30,72
29,74
29,91
30,05
29,61

Pada tabel 2 akan dilihatkan penurunan nilai Ph sabun sebelum aging dengan setelah aging.

Tabel 2. Nilai pH yang dihasilkan Sebelum dan Setelah Aging
Kelompok
pH yang dihasilkan



Sebelum aging
Setelah aging



1
12
6



2
13
7



3
13
7



4
13
7



5
9
6



6
11,7
7



7
9,1
5



8
9
5




Pembahasan
Sabun adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Kesehatan kulit sangat bergantung pada pilihan produk sabun yang kita pilih. Semakin basa suatu sabun semakin buruk efeknya pada kulit. Pada saat pencampuran NaOH an tallow suhu dijaga pada suhu 350C karena jika lebih rendah tallow/lemak pada suhu 250C berbentuk padat dan jika suhu tinggi NaOH akan panas. (Susan Budavari, ed 1989).
Saponifikasi atau saponify memiliki arti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Natrium atau garam kalium merupakan sabun alami  dari asam lemak. Pada awalnya bahan baku pembuatannya adalah lemak babi atau lemak heawab mendidih lain bersama kalium hidroksida. Hidrolisis lemak dan minyak terjadi, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.

Reaksi saponifikasi ini dapat mencapai pH 8 – 9 yang bisa menyebabkan iritasi jika diaplikasikan pada kulit. Sehingga untuk mengatasinya dilakukan lye discount dan superfatting. Pengaruh NaOH yang digunakan disebut Lye discount, sedangkan superfatting adalah melebihkan minyak yang digunakan ke dalam racikan sabun, persentase minyak yang ditambahkan biasanya berkisar antara 5-8%. Proses ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada basa yang tersisa pada produk akhir.
Saponifikasi terbentuk dari bahan dasar NaOH yang memiliki sifat basa. NaOH berperan pembentuk surfaktan antara kotoran pada kulit dengan air, sehingga nantinya kotoran bisa terbilas sehingga kulit menjadi bersih. Seperti halnya asam, basa pun memiliki beberapa sifat yang dapat kita gunakan untuk pengidentifikasian. Beberapa sifat basa pahit dan terasa licin di kulit.Basa pembuat sabun adalah natrium hidroksida. Selain itu NaOH dapat menghantarkan arus listrik, seperti halnya asam, senyawa basa pun merupakan penghantar listrik yang baik, khususnya basa kuat. Basa kuat mudah terionisasi dalam air. Salah satu sifat basa adalah meniadakan atau menghilangkan sifat suatu asam yang direaksikan dengan basa tersebut. Basa yang direaksikan dengan asam akan membentuk garam dan air. Reaksi yang dihasilkan disebut reaksi netralisasi. Reaksi itu disebut dengan reaksi penetralan (netralisasi). Sebagai contohnya adalah kalsium hidroksida direaksikan dengan asam sulfat akan membentuk kalsium sulfat dan air.
Pada pembuatan sabun terdapat penambahan minyak. Teori like dissolve like menyatakan bahwa mekanisme umum minyak alami dan membersihkan kotoran. Hal ini dikarenakan minyak dan kotora sama-sama memiliki sifat non-polar sifat ini yang dapat mengangkat kotoran. Kategori minyak nabati yang dapat menyehatkan kulit adalah minyak yang dapat membuat kulit halus dan lembut.
Masing-masing minyak memiliki fungsi yang berbeda salah satu contoh adalah minyak kelapa yang merupakan surfactant, minyak merupakan agen yang merupakan bahan terpenting dalam pembuatan sabun. Minyak kelapa sebagai agen lipofil yang nantinya bertugas mengikat kotoran, debu, dan sebagainya yang berikatan pada minyak tubuh pada kulit, selain itu minyak kelapa juga berguna untuk menghaluskan kulit serta melembabkan kulit yang kering. Minyak kelapa sawit (palm oil) umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat (Rohman, 2011).
Setelah sabun selesai dibuat, sabun didiamkan sekitar 3-4 minggu, proses ini disebut aging. Proses ini merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan sabun penting, jika sabun tidak di aging salah satu dampak yang ditimbulkan adalah ketika sabun dicobakan pada kulit setelah beberapa saat kulit menjadi gatal, perih dan merah. Reaksi iritatif tersebut selain disebabkan oleh pH yang terlalu basa juga dikarenakan alkali laurat dari minyak kelapa juga bersifat iritatif.
Alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Perbedaan masing masing alkali tersebut diantaranya sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5. Hasil yang diperoleh pada praktikum G2 secara keseluruhan melebihi pH 10,8 (basa tinggi) hal ini karena pada pembuatan sabun tidak diberikan penetral untuk mengurangi basa, yaitu misalnya asam asetat. Kemudian pH yang berlebih hingga mencapai 14 terjadi karena kurang baiknya komposisi pencampuran tallow dengan bahan dasar lain berupa minyak dan kadar NaOH yang bisa terlalu tinggi kadarnya.dan ada juga yang hanya menggunakan tallow saja sehingga terlalu basa. 
Perbedaan nilai pH dari setiap ulangan tersebut dipengaruhi oleh banyaknya NaOH dan aquadest yang digunakan pada setiap perlakuan. Semakin besar penambahan NaOH sebagai basa kuat akan menghasilkan nilai pH yang lebih besar atau pH menjadi lebih basa. Data tersebut menunjukkan bahwa pada pengukuran pH awal, sabun yang berbahan dasar tallow tanpa penambahan minyak lainnya memiliki nilai pH yang bersifat basa. Nilai pH awal sabun yang ditambahkan bahan tambahan lain yakni beberapa macam minyak memiliki nilai pH yang lebih rendah, namun penambahan corn oilmenyebabkan pH sabun bernilai 14 dari dua ulangan oleh dua kelompok yang berbeda.
Setelah perlakuan aging selama 4 minggu, nilai pH dari semua sabun menurun yakni pH akhir sabun pada semua kelompok yang menggunakan bahan tallow adalah ph awal 9 dan pH setelah di aging adalah 6 (kelompok 5). Penurunan pH terjadi pada beberapa kelompok dari pH 13 menjadi 7 (kelompok 2, 3 dan 4). Perbedaan nilai pH dari setiap ulangan tersebut dipengaruhi oleh banyaknya NaOH dan aquadest yang digunakan pada setiap perlakuan. Semakin besar penambahan NaOH sebagai basa kuat akan menghasilkan nilai pH yang lebih besar atau pH menjadi lebih basa. Faktorlain yang mempengaruhi pH adalah penggunaan minyak dalam pembuatan sabun.
SIMPULAN
Tallow sapi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun dengan bahan dasar lainnya yakni berbagai jenis minyak dengan fungsi, keunggulan, dan kekurangan masing-masing. Prinsip dalam pembuatan sabun ini reaksi asam dan basa dengan pereaksi basa NaOH. Sabun diberi bahan tambahan . Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum. Setelah jadi sabun dilakukan aging agar reaksi antara lemak dengan NaOH selesai sehingga aman digunakan pada kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Andrew. 2011. Semua Tentang Kelapa dan Sabun.dokterkulit.net.
Dewan Standarisasi Nasional. 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-1994. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Doreau, M., D.I. Demeyer, and C.J.  Van Nevel.1997.  Transformations and effects of unsaturated fatty acid intherumen. Consequences on milk fats ecretion. Di dalam:Welch RAS,Burns DJW,DavisSR,PopayAI, Prosser  CG,  edi t or.   Milk Composisition, Production and Biotechnology. CAB International Wallingford Oxon.London.
Fessenden, R.J, Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta
Jungermann, E., M. W. Formo, F. A. Norris and N. O. V. Sonntag. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Volume 1. 4th Edition. John Wiley and Son, New York.
Kamikaze, D. 2002. Studi awal pembuatan sabun menggunakan campuran lemak abdomen sapi (tallow) dan curd susu afkir. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Kurnia, F dan I. Hakim. 2008. Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jarak dan Soda Q sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q. Pekan Kreativitas Mahasiswa. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro, Semarang.
Linggih, S. R dan P. Wibowo. 1988. Ringkasan Kimia. Ganeca. Exact Bandung. ITB, Bandung.
Lubis, Ahmad Husni. 2012. Kimia Masa Kini : Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO). diposkan AHMAD HUSNI LUBIS, S.Si 23:38.
Paul, S. 2007. Fatty Acids and Soap Making. http://www.soap-makingresource.com/fatty-acids-soap-making.html [18 Agustus 2008].
Rohman, S. 2007. Bahan Pembuatan Sabun. Jakarta.

SNI. 1999. Cara Uji Minyak dan Lemak ( SNI-01-35551998 ) Departemen Perdagangan. Jakarta.
Susan Budavari, ed (1989). Merck Index (edisi ke-11th). Rahway, New Jersey: Merck & Co., Inc. hlm. 8761. ISBN 9780911910285.
Swern, D. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products. Volume 1. 4th Edition. John Wiley and Sons, New York.
Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wade, A. and P. J. Weller.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2nd Edition. The American Pharmaceutical Association, Washington USA.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-Brio Press. Bogor.

Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

0 comments:

Post a Comment

Anda ingin menjadi Bahagian dari Perubahan??? login ke Sahabat Kemenangan di bagian atas webblog ini.