Pembuatan Sabun Dari Tallow
Disusun Oleh
YOPPY MAIRIZON R.S
(Mhs.Ilmu Peternakan UNAND-IPB)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selain memiliki hasil utama, hewan
ternak juga memiliki produk ikutan ternak. Produk hasil ikutan tersebut bisa
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari baik dengan proses maupun tanpaproses
pengolahan. Salah satu hasil ikutan ternak ini adalah lemak, lemak dapat
dimanfaatkan dengan pengolahan pertama yang disebut rendering. Hasil dari
rendering dari lemak sapi berupa tallow, merupakan bahan baku pembuatan produk
sabun.
Sabun merupakan salah satu jenis deterjen yang bisa
membersihkan kotoran berminyak dan menjadi bagian dari kelompok yang disebut
surfaktan. Sabun yang dimaksud sekarang adalah produk campuran garam natrium
dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit komponen asam
miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik pembersih paling tua, sudah sejak
berabad-abad yang silam.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan
agar mahasiswa praktikan dapat mempelajari teknik dasar pembuatan sabun
memanfaatkan tallow sapi.
TINJAUAN
PUSTAKA
NaOH
Natrium
hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton dari Na+.
Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan alkali, yakni Natrium (Na+).
Ciri –ciri yang dimiliki golongan alkali seperti reduktor kuat dan mampu
mereduksi asam, mudah larut dalam air, merupakan penghantar arus listrik yang
baik dan panas, urutan kereaktifannya meningkat seiring dengan bertambahnya
berat atom.pada umumnya NaOH digunaka sebagai pelarut, penggunaan NaOH sebagai
pelarut disebkan kegunaan dan efektifitasnya seperti untuk menetralka asam. NaOH
terbentuk dari elektrolisis larutan NaCl dan merupakan basa kuat (Ansori dalam
Fauzan, 2001). Larutan asam merupakan pereaktif NaOH dalam bereaksi, ekses yang
melebihi keperluan netralisasi akan bereaksi dengan material fospatida. Natrium
hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton dari Na+.
Basa ini mengandung unsur dari golongan alkali, yakni Natrium (Na+). Ciri lain
dari golongan alkali adalah reduktor kuat dan mampu mereduksi asam, mudah larut
dalam air, merupakan penghantar arus listrik yang baik dan panas, urutan
kereaktifannya meningkat seiring dengan bertambahnya berta atom (Linggih 1988).
Tallow
lemak
yang berasal dari sepi atau kambing yang merupakan hasil pengolahan (rendering)
dari suet disebut tallow. Tallow dapat digunakan untuk berbagai keperluan,
mulai dari bahan untuk memasak, makanan hewan, bahan pembuat sabun, bahan
pembuat lilin, hingga penggunaannya sebagai bahan baku pembuatan biodisel dan oleochemicals
lainnya.
Kelapa
Sawit
Salah satu sumber penghasil lemak nabati
adalah kelapa sawit. Kelapa sawit dikenal luas masyarakat karena produksi atau pengolahan
minyak sawit yang tinggi di Negara-negara Asia Tenggara. Ada beberapa faktor
yang membuat kelapa sawit menjadi komoditi yang unggul di indonesia antaralain
karena kelapa sawit menjadi sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani.
Selain itu kelapa sawit menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya industri
pengolahan berbasis CPO di Indonesia (Lubis, Ahmad
Husni 2012).
Coconut Oil
Kelapa adalah buah tropis yang kaya akan
protein. Daging kelapa sangat baik dalam menghancurkan parasit usus yang kita
dapatkan dari memakan makanan yang terinfeksi. Air kelapa juga baik untuk
masalah kandung kemih dan ginjal. Dalam kelapa terkandung vitamin A, vitamin B,
riboflavin, niacin, Vitain C, kalsium, zat besi, fosfor, lemak, karbohidrat,
protein, dan juga kalori.
kelapa dapat diolah menjadi sabun mandi
yang biasa disebut dengan sabun gliserin. (Andrew. 2011)
METODE
Materi
Bahan-bahan
yang diperlukan untuk pembuatan sabun adalah tallow (lemak sapi), minyak sawit,
kristal NaOH, aquadest, plastic wrap. Kemudian peralatan yang diperlukan adalah
timbangan, pH meter, pengaduk kayu, kantong plastik, termometer, beaker glass
atau erlenmeyer, panci stainless steel, sarung tangan, masker, dan cetakan
sabun.
Metode
Tallow
yang sudah jadi setelah proses rendering dicairkan kemudian disaring
menggunakan kertas saring. Tallow ditambahkan minyak sawit kemudian diaduk
dengan mempertahankan suhu 300C. NaOH ditambahkan ke dalam minyak
lalu diaduk hingga mengental (trace). Minyak tallow dicetak menggunakan plastik
wrap, disimpan di udara terbuka (suhu ruang). Setelah mengeras menjadi sabun,
sabun dikeluarkan dari cetakan kemudian dipotong sesuai selera dan didiamkan
selama 3-4 minggu. Setelah proses aging selesai, sabun bisa digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembuatan sabun dengan bahan utama
tallow, dicampur dengan berbagai macam penambahan bahan dasar berupa minyak.
Setiap kelompok membuat sabun dengan bahan dasar dan komposisi tallow dengan
biang parfum berbeda, selain itu kadar NaOH dan pelarut aquades yang
dicampurkan juga berbeda. Tabel 1 adalah total NaOH yang digunakan(gram) dari
masing-masing kelompok
Tabel 1. Total NaOH yang digunakan
(gram) dari Masing-masing Kelompok.
Kelompok
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
NaOH
|
30,04
|
30,91
|
30,04
|
30,72
|
29,74
|
29,91
|
30,05
|
29,61
|
Pada tabel 2 akan dilihatkan
penurunan nilai Ph sabun sebelum aging dengan setelah aging.
Tabel 2. Nilai pH yang dihasilkan
Sebelum dan Setelah Aging
|
|||||
Kelompok
|
pH yang dihasilkan
|
||||
Sebelum aging
|
Setelah aging
|
||||
1
|
12
|
6
|
|||
2
|
13
|
7
|
|||
3
|
13
|
7
|
|||
4
|
13
|
7
|
|||
5
|
9
|
6
|
|||
6
|
11,7
|
7
|
|||
7
|
9,1
|
5
|
|||
8
|
9
|
5
|
Pembahasan
Sabun adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita
sehari-hari. Kesehatan kulit sangat bergantung pada pilihan produk sabun yang
kita pilih. Semakin basa suatu sabun semakin buruk efeknya pada kulit. Pada saat
pencampuran NaOH an tallow suhu dijaga pada suhu 350C karena jika
lebih rendah tallow/lemak pada suhu 250C berbentuk padat dan jika
suhu tinggi NaOH akan panas. (Susan Budavari, ed 1989).
Saponifikasi atau saponify memiliki
arti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah
akhiran yang berarti membuat). Natrium atau garam kalium merupakan sabun
alami dari asam lemak. Pada awalnya
bahan baku pembuatannya adalah lemak babi atau lemak heawab mendidih lain
bersama kalium hidroksida. Hidrolisis lemak dan minyak terjadi, menghasilkan
gliserol dan sabun mentah.
Reaksi saponifikasi ini dapat mencapai
pH 8 – 9 yang bisa menyebabkan iritasi jika diaplikasikan pada kulit. Sehingga
untuk mengatasinya dilakukan lye discount dan superfatting. Pengaruh
NaOH yang digunakan disebut Lye discount, sedangkan superfatting
adalah melebihkan minyak yang digunakan ke dalam racikan sabun, persentase
minyak yang ditambahkan biasanya berkisar antara 5-8%. Proses ini bertujuan
untuk memastikan bahwa tidak ada basa yang tersisa pada produk akhir.
Saponifikasi
terbentuk dari bahan dasar NaOH yang memiliki sifat basa. NaOH berperan
pembentuk surfaktan antara kotoran pada kulit dengan air, sehingga nantinya
kotoran bisa terbilas sehingga kulit menjadi bersih. Seperti halnya asam, basa
pun memiliki beberapa sifat yang dapat kita gunakan untuk pengidentifikasian.
Beberapa sifat basa pahit dan terasa licin di kulit.Basa pembuat sabun adalah
natrium hidroksida. Selain itu NaOH dapat menghantarkan arus listrik, seperti
halnya asam, senyawa basa pun merupakan penghantar listrik yang baik, khususnya
basa kuat. Basa kuat mudah terionisasi dalam air. Salah satu sifat basa adalah
meniadakan atau menghilangkan sifat suatu asam yang direaksikan dengan basa
tersebut. Basa yang direaksikan dengan asam akan membentuk garam dan air.
Reaksi yang dihasilkan disebut reaksi netralisasi. Reaksi itu disebut dengan
reaksi penetralan (netralisasi). Sebagai contohnya adalah kalsium hidroksida
direaksikan dengan asam sulfat akan membentuk kalsium sulfat dan air.
Pada
pembuatan sabun terdapat penambahan minyak. Teori like dissolve like menyatakan bahwa mekanisme umum minyak alami dan
membersihkan kotoran. Hal ini dikarenakan minyak dan kotora sama-sama memiliki sifat
non-polar sifat ini yang dapat mengangkat kotoran. Kategori minyak nabati yang
dapat menyehatkan kulit adalah minyak yang dapat membuat kulit halus dan lembut.
Masing-masing minyak memiliki fungsi
yang berbeda salah satu contoh adalah minyak kelapa yang merupakan surfactant,
minyak merupakan agen yang merupakan bahan terpenting dalam pembuatan sabun. Minyak kelapa sebagai agen lipofil
yang nantinya bertugas mengikat kotoran, debu, dan sebagainya yang berikatan
pada minyak tubuh pada kulit, selain itu minyak kelapa juga berguna untuk
menghaluskan kulit serta melembabkan kulit yang kering. Minyak kelapa sawit (palm
oil) umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit berwarna
jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika
akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih
dahulu. Minyak
kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat,
sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.
Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat
(Rohman, 2011).
Setelah sabun selesai dibuat, sabun didiamkan sekitar
3-4 minggu, proses ini disebut aging.
Proses ini merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan sabun penting,
jika sabun tidak di aging salah satu dampak yang ditimbulkan adalah ketika
sabun dicobakan pada kulit setelah beberapa saat kulit menjadi gatal, perih dan
merah. Reaksi iritatif tersebut selain disebabkan oleh pH yang terlalu basa
juga dikarenakan alkali laurat dari minyak kelapa juga bersifat iritatif.
Alkali
yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun
kadang juga menggunakan NH4OH. Perbedaan masing masing alkali
tersebut diantaranya sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air
dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari
alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan
sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH
yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5. Hasil yang diperoleh pada praktikum G2
secara keseluruhan melebihi pH 10,8 (basa tinggi) hal ini karena pada pembuatan
sabun tidak diberikan penetral untuk mengurangi basa, yaitu misalnya asam
asetat. Kemudian pH yang berlebih hingga mencapai 14 terjadi karena kurang
baiknya komposisi pencampuran tallow dengan bahan dasar lain berupa minyak dan
kadar NaOH yang bisa terlalu tinggi kadarnya.dan ada juga yang hanya menggunakan
tallow saja sehingga terlalu basa.
Perbedaan nilai pH dari
setiap ulangan tersebut dipengaruhi oleh banyaknya NaOH dan aquadest yang
digunakan pada setiap perlakuan. Semakin besar penambahan NaOH sebagai basa
kuat akan menghasilkan nilai pH yang lebih besar atau pH menjadi lebih basa. Data
tersebut menunjukkan bahwa pada pengukuran pH awal, sabun yang berbahan dasar
tallow tanpa penambahan minyak lainnya memiliki nilai pH yang bersifat basa.
Nilai pH awal sabun yang ditambahkan bahan tambahan lain yakni beberapa macam
minyak memiliki nilai pH yang lebih rendah, namun penambahan corn oilmenyebabkan pH sabun bernilai 14
dari dua ulangan oleh dua kelompok yang berbeda.
Setelah
perlakuan aging selama 4 minggu, nilai pH dari semua sabun menurun yakni pH
akhir sabun pada semua kelompok yang menggunakan bahan tallow adalah ph awal 9
dan pH setelah di aging adalah 6 (kelompok 5). Penurunan pH terjadi pada
beberapa kelompok dari pH 13 menjadi 7 (kelompok 2, 3 dan 4). Perbedaan nilai pH dari
setiap ulangan tersebut dipengaruhi oleh banyaknya NaOH dan aquadest yang
digunakan pada setiap perlakuan. Semakin besar penambahan NaOH sebagai basa
kuat akan menghasilkan nilai pH yang lebih besar atau pH menjadi lebih basa.
Faktorlain yang mempengaruhi pH adalah penggunaan minyak dalam pembuatan sabun.
SIMPULAN
Tallow
sapi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun dengan bahan dasar
lainnya yakni berbagai jenis minyak dengan fungsi, keunggulan, dan kekurangan
masing-masing. Prinsip dalam pembuatan sabun ini reaksi asam dan basa dengan
pereaksi basa NaOH. Sabun diberi bahan tambahan . Bahan aditif merupakan bahan-bahan
yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas
produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain
: Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum. Setelah jadi sabun
dilakukan aging agar reaksi antara lemak dengan NaOH selesai sehingga aman
digunakan pada kulit.
DAFTAR
PUSTAKA
Andrew.
2011. Semua Tentang Kelapa dan Sabun.dokterkulit.net.
Dewan Standarisasi Nasional. 1994.
Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-1994. Dewan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Doreau,
M., D.I. Demeyer, and C.J. Van
Nevel.1997. Transformations and effects
of unsaturated fatty acid intherumen. Consequences on milk fats ecretion. Di dalam:Welch
RAS,Burns DJW,DavisSR,PopayAI, Prosser
CG, edi t or. Milk Composisition, Production and
Biotechnology. CAB International Wallingford Oxon.London.
Fessenden, R.J, Fessenden, J.S. 1986.
Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta
Jungermann, E., M. W. Formo, F. A.
Norris and N. O. V. Sonntag. 1979. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products.
Volume 1. 4th Edition. John Wiley
and Son, New York.
Kamikaze, D. 2002. Studi awal pembuatan
sabun menggunakan campuran lemak abdomen sapi (tallow) dan curd susu afkir.
Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Kurnia, F dan I. Hakim. 2008. Pembuatan Sabun Cair
dari Minyak Jarak dan Soda Q sebagai Upaya Meningkatkan Pangsa Pasar Soda Q.
Pekan Kreativitas Mahasiswa. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Linggih, S. R
dan P. Wibowo. 1988. Ringkasan Kimia. Ganeca. Exact Bandung. ITB, Bandung.
Lubis,
Ahmad Husni. 2012. Kimia Masa Kini : Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO).
diposkan
AHMAD HUSNI LUBIS,
S.Si 23:38.
Paul, S. 2007. Fatty Acids and Soap
Making. http://www.soap-makingresource.com/fatty-acids-soap-making.html [18
Agustus 2008].
Rohman, S. 2007. Bahan Pembuatan Sabun. Jakarta.
SNI.
1999.
Cara Uji Minyak dan Lemak ( SNI-01-35551998 ) Departemen Perdagangan. Jakarta.
Susan
Budavari, ed (1989). Merck Index
(edisi ke-11th). Rahway, New Jersey:
Merck & Co., Inc.
hlm. 8761. ISBN
9780911910285.
Swern, D. 1979. Bailey’s Industrial
Oil and Fat Products. Volume 1. 4th Edition.
John Wiley and Sons, New York.
Tranggono,
R.I., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wade, A. and P. J. Weller.1994.
Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2nd
Edition. The American Pharmaceutical Association, Washington USA.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan
Gizi. M-Brio Press. Bogor.
Tranggono,
R.I., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
0 comments:
Post a Comment
Anda ingin menjadi Bahagian dari Perubahan??? login ke Sahabat Kemenangan di bagian atas webblog ini.