Oleh: Yoppy Mairizon RS
Swasembada
Daging Indonesia yang di targetkan tercapai di
tahun 2014 memang belum tercapai, hal iniberarti meninggalkan tugas
besar untuk
segera di selesaikan di pemerintahan baru yang akan di mulai di
penghujung
tahun ini. Jika dilihat dari sejumlah
hal banyak hal yang mendasar gagalnya target swasebada daging tercapai.
Salah
satu faktornya adalah semakin tinggnya permintaan masyarakat akan
daging. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat di Sumatera Barat
berkorelasi
positif dengan permintaan akan produk peternakan, hal ini didasari
semakin sadar dan pedulinya masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan gizinya.
Sub sector peternakan merupakan bahagian
dari pertanian dikarenakan keduanya menjadi bagian dari program
Pembangunan Nasional. Sub sector
peternakan memiliki peranan yang strategis
dalam menyediakan sumber pangan ,
sumber energy dan sumber pendukung lainnya sehingga berpengaruh pada kemajuan
kesejahteraan melalui peningkatan
perkonomian dan pembangunan sumberdaya manusia.
Di Sumatera Barat sendiri,
selain memiliki sapi pesisir sebagai sapi lokal penghasil daging, juga memiliki
kerbau untuk dikembangkan sebagai penghasil daging. Ternak kerbau dilirik
sebagai salah satu ternak yang dijadikan pengembangan PSDSK karena
kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan daging, selain itu ternak kerbau juga
memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik dibandingkan sapi. Namun sangat
disayangkan, menurut Suhubdy (2005) angka kontribusi ternak kerbau masih sangat
kecil terhadap daging yakni hanya sebesar 1,93% dibandingkan dengan kontribusi
sapi sebesar 22%, namun jika dilihat kenyataan dilapangan misalnya transaksi
ditingkat pasar tradisional konsumen tidak dapat membedakan antara daging sapi
dengan daging kerbau, para pedagang memanfaatkan situasi ini untuk mencampur
daging kerbau dan daging sapi.
Di Sumatera barat, selain Kabupaten Agam juga memiliki memiliki daerah yang dijadikan wilayah sentra
pengembangan ternak kerbau, yaitunya Kabupaten Pasaman Timur. Di wilayah
tersebut pada tahun 2007 terdapat 2.581
ekor ternak kerbau dan pada tahun 2012
menjadi 2464. Terjadi penurunan
populasi ternak kerbau dalam kurun waktu lima tahun sebesar 4,75. Hal
ini menjadi permasalahan yang harus kita selesaikan untuk mengembangkan ternak
kerbau dan dijadikan penghasil daging untuk
memenuhi kebutuhan daging yang setiap waktu menunjukkan peningkatan. []
Penulis merupakan tim Adhoc Swasembada Daging ISMAPETI, dan juga Mahasiswa Peternakan Unand.
- See more at: http://www.acehxpress.com/2014/10/sumatera-barat-butuh-pengembangan.html#sthash.OFZSbjqR.dpuf
0 comments:
Post a Comment
Anda ingin menjadi Bahagian dari Perubahan??? login ke Sahabat Kemenangan di bagian atas webblog ini.